Selasa, 23 Juni 2015

Pengertian Pengertian Tentang Shalat Tahajjud

1. Pengertian Rattil

Rattil adalah dalam rangka agar bisa syahadat yakni praktek yang membawa konsep hidup gambaran gerak (QS 12:4). Shalat Tahajjud adalah menjawab surat cinta dari Allah, memadu kasih (QS 9:100), artinya dengan shalat memadukan kita menyatakan mau hidup dengan isi shalat, pasti Allah atas pilihan ILMU nya berkenan (QS 2:186). Maka DIA memakai alatnya dimensi malaikat untuk meniupkan RUH ILMU (QS 97:1-5). Sehingga isi shalat menjadi ruh motor penggerak elektrik bertenaga luarbiasa untuk menggerakkan budaya pada siang hari nya dan kita bikin ruangnya selama 24 jam dengan melanjutkan shalat 5 waktu sebagai penjagaannya (QS 17:78), yang ditindaklanjuti pelaksanaan bersama-sama korps untuk shalat Jumat (QS 62:9-10). Maka mulailah dengan seiring terbitnya matahari (QS 10:5), aktifitas semesta alam angkasa dan bumi sibuk berbuat (QS 17:44), begitu pula yang ada di antara kedua nya (budaya/system ekonomi zakat) bergerak (QS 110:3)…dst..hingga shalat idul fitri, idul adha.

1) Rattil Satu Persiapan Iman.

Istilah Rattil, sama dengan ‘qira-ah”, ialah studi yang belajar yaitu membentuk pandangan menurut yang dibaca. Jadi “Rattil” atau “qira-atul qur’an” ialah studi yaitu belajar yakni membentuk pandangan dengan al-quran ms rasul. Dilakukan sendiri dengan tekun dan penuh konsentrasi.

Dalam hubungan ini perlu diingatkan bahwa, pengajian-pengajian umum, sekolah, ceramah-ceramah, seminar-seminar, direksi, kursus, dsb. Yaitu mimbar dimana berkumpul sekelompok pendengar dan seorang guru/penceramah/protokol yang menerangkan sesuatu belumlah bisa dikatakan rattil atau qira-ah, yang demikian lebih tepat disebut Persiapan Rattil oleh karena yang demikian ialah sekedar pembentukan dasar-dasar pengertian dan kunci-kunci persoalan yang merupakan kesulitan-kesulitan didalam rattil.

Dalam hubungan ini maka rattil ialah mengulang kembali sendirian dirumah untuk menguasainya. Kadangkala juga disebut mengulang.

Singkatnya rattil ialah pengembalian pandangan berikut kelincahan matan atau bacaannya kepada al-Quran ms Rasul.

Mattan al-Quran ms Rasul sudah mencapai demikian mantap, oleh karena kesadaran Iman itu turun naik (Hadits : al-Quran yaziid wa yanquush), maka rattil ini adalah mutlak untuk membentuk pandangan dengan al-Quran ms Rasul.
Dalam hubungan ini dapat dikatakan bahwa rattil al-Quran ms Rasul adalah permulaan taubat.

Bila rattil sudah menghasilkan satu pandangan, sekurang-kurangnya surat al-Fatihah sebagai satu pandangan umum, maka ditingkatkanlah ke shalat satu pembinaan iman. Dari itu maka rattil dapat dikatakan persiapan Iman atau persiapan shalat.


2) Shalat Satu Pembinaan Iman  

Istilah shalat ialah kaifiyat atau tehnik pembinaan diri menjadi mukmin (Hadist, Ashshalaatu mi’rajul mu’miniin). Yaitu penanaman hasil rattil yakni pandangan al-Qur’an ms Rasul menjadi sikap hidup yang menghunjam dalam hati/qalbu. Dengan lain perkataan, shalat ialah memahkotakan hati dengan al-Qur’an ms Rasul.

Surat an-Nisa ayat 102, menjelaskan : “Sehingga apabila kalian sudah melakukan shalat maka hidup sadarlah kalian dengan ajaran Allah ( al-Qur’an ms Rasul ) baik dalam keadaan tegak berdiri maupun dalam keadaan duduk bahkan dalam keadaan berbaring. Maka dikala sudah berada dalam keadaan tenang maka lakukanlah shalat, sesungguhnya shalat ini adalah satu pembukuan ( pembinaan ) diri menjadi mukmin dalam waktu-waktu yang telah ditentukan “.

Hadist : Ashshalaatu mi’rajul mu’miniin
“Shalat adalah satu tehnik peningkatan ( pembinaan ) manusia menjadi mukmin”.

Surat Bani Israil 78-79 :
78. “Lakukanlah shalat diwaktu tergelincir matahari ( shalat dhohor dan ashar ) hingga waktu terbenam matahari ( shalat magrib dan isya ) dan shalat shubuh. Sesungguhnya shalat shubuh itu adalah satu pembinaan kekuatan ( iman ) tiada tara”.
79. “Dan disebagian waktu malam maka lakukanlah shalat tahajjud ( shalatul lail ) dengan mana sebagai satu penguat ( iman ) bagi kalian. Semoga pembimbing kalian ( dengan shalat tahajud itu ) akan membangkitkan kalian menjadi yang bermahkota al-Qur’an didalam dada”.

Secara Pembinaan PRIBADI adalah Rattil/Study dan Shalat Tahajjud dan sebagai penjagaannya agar selalu ingat terhadap hasil rattil tersebut kita melakukan shalat 5 waktu dan shalat” lainnya setiap hari.

Pembinaan KORPS bentuk Rattilnya adalah Khutbah Jumat dan kemudian disambung dengan Shalat Jum’at.

Pembinaan BANGSA bentuk Rattilnya adalah Khutbah Hari Raya dan kemudian disambung dengan Shalat Idul Fitri

Pembinaan ANTAR BANGSA bentuk Rattilnya adalah Khutbah Idul Adha dan kemudian disambung dengan Shalat Idul Adha.

Isi materi yang sedang di rattil/di khutbahkan harus nyambung dgn ayat yg dibaca dlm kaifiat shalat tahajjud/jum’at/idul fitri/idul adha. Tidak sah shalat jumat tanpa ada khutbah jumat, dst…Tidak sah shalat kaifiat 5 waktu tanpa ada shalat tahajjud. Tidak sah shalat tahajjud jika tidak ada rattil terlebih dahulu. Singkatnya shalat ialah kelanjutan yaitu peningkatan rattil satu persiapan iman menjadi pembinaan iman. Shalat sangat tergantung kepada hasil rattil. Tanpa hasil rattil, dari satu sudut, maka shalat menjadi tidak berfungsi tidak akan menghasilkan apa-apa kecuali hanya satu demonstrasi kaifiat belaka, seperti ditegas oleh surat al- Ma’un ayat 4-6 demikian :
4. Fa wailul lil mushalliin.
“Maka itulah dia hasil jahannam dari mereka yang shalat-shalatan”.
5. Alladziina hum ‘an shalaatihim saahuun.
“Yaitu mereka yang shalatnya tidak karuan”.
6. Aladziinahum yuraa-uun.
“Lahirnya shalat tetapi isinya dzulumat ms syayathin”.

Shalat tetapi menghasilkan azab system kehidupan Naar, QS 8 : 35, Shalat mereka di sekitar Baitullah itu, lain tidak hanyalah siulan dan tepukan tangan. Maka rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu.

Dari itu, agar rattil berhasil hingga memenuhi syarat bagi shalat dalam mencapai tujuannya, maka rattil ini harus memenuhi satu prosedur dan titik tolaknya.

3) Prosedur dan titik tolak rattil

Dimaksud dengan prosedur, dalam hal ini ialah rattil al-Qur’an ms Rasul, ialah jalannya rattil menurut satu tata tertib dan satu titik tolak tertentu. Dan istilah “titik tolak” ialah titik pijak dan makna rattil itu dimulai dan kemana mau dituju serta apa yang mau dicapai.

Pedoman dari “prosedur dan titik tolak rattil” adalah al-Qur’an ms Rasul itu sendiri, yaitu pada surat Muzzammil ayat 1-19

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan terperinci tentang prosedur dan titik tolak rattil ini kita harus mengingat kembali skets segitiga ABC, yang diperinci dengan AB1C dan AB2C dan AB2C, dalam segitiga sama sisi ABF yang diperinci menjadi BDE, BDC, dan CDF.


Keterangan Gambar SEGITIGA :
A      = Allah, perancang dan pemastian kehidupan (qadiirun).
B      = Kenyataan hidup nabi Muhammad Rasulullah, pola atau bentuk contoh kehidupan dari ajaran Allah (uswatun hasanah).
B1    = Al-Qur’an sebagai Imam
B2    = Kenyataan hidup mukmin yang obyektif dengan al-Quran ms Rasul yang oleh Nabi Muhammad dinyatakan “Sahabatku di Jannah”.
C      = Kenyataan alam organis, biologis dan gaya yang tergantung kepada Allah.
ABC = (yang terperinci menjadi AB1C dan AB2C) = Nur ms Rasul yaitu pantulan terang dari Al-Qur’an ms Rasul (Nurun “Ala).
BE    = Dzulumat dalam arti bayangan yaitu pantulan gelap yang bertolak belakang dengan pantulan terang dinamakan Nurin.
BDE = Sudut memandang dzulumat yang obyektif dari Allah ms Rasul-Nya.
BED = Sunnah Syaithan, laknatullah wal malaikat wan naasi ajma’in (Surat Baqarah ayat 161).
BDC = Salah satu alternative, secara d’efect, menjadi aduk-adukan pandangan Nur-dzulumat (ABC-BDE), dalam bentuk kadzdzaba menjadi model ketiga, ialah idealisme.
CF    = Dzulumat ialah bayangan yaitu pantulan gelap dari kenyataan alam.
CDF = Sudut memandang dzulumat secara obyektif Ilmiah dengan Al-Qur’an ms Rasul.
FDC = Salah satu alternative lain, secara reflex, dalam bentuk tawalla CDF menjadi semodel bathil.
ED dan FD = Segala daya upaya aduk-adukan Nur-dzulumat dan atau penyalah gunaan dzulumat menjadi semodel bathil (DC), dinamakan “khutuwatis syaithan = strategi dan taktik pilihan dzulumat ms syayathin.
DC    = Hasil aduk-adukan Nur-dzulumat (ABC-BDE) menjadi BDC dan atau penyalahgunaan dzulumat (CDF) menjadi FDC, keduanya menjadi semodel bathil.

Untuk lebih mempertajam arti sudut BDE dan atau CDF yang ditumpang tindih diatas BDC sehingga menjadi Bathil (aduk-adukan Nur-dzulumat dan atau penyalah gunaan dzulumat ms syayathin) ialah satu Qadar atau Taqdir Syar (rancangan dan kepastian hidup jahat) atau “arbaaban min duunillaahi” maka kita petik Surat 15 al - Hijir ayat 43 dan 44 demikian :
43. Wa inna jahaannama la mau'iduhum ajma'iin.
“Maka sesungguhnya jahannam adalah benar-benar menjadi tempat kepastian mereka yang berpandangan dan bersikap dzulumat as syayathin semuanya”.
Terjemahan DEPAG: Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar tempat yang telah diancamkan kepada mereka (pengikut-pengikut syaitan) semuanya.
44. Lahaa sab'atu abwaabil li kulli baabim minhum juz-um maqsuum.
Ujudnya itu (jahannam) adalah sejenis bangunan bertingkat tujuh dimana masing-masing tingkatannya itu adalah bagian golongan tertentu”.
Terjemahan DEPAG: Jahannam itu mempunyai tujuh pintu. Tiap-tiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan yang tertentu dari mereka.

Dan untuk mudahnya maka Qadar atau Taqdir Syar ini kita sket menjadi sebagai berikut :


Sket Taqdir Syar / Sosial Piramidal Sistem kehidupan Naar, Neraka Jahannam, saling gusur, saling todong, saling peras memeras, saling menghina dan memiskinkan, kehidupan buah simalakama, dsb.

Maka sudut Muzzamil, yaitu “dhallan fahada”, ialah sudut D-B2, yaitu sudut D yang mau mencapai B2 ( sudut mukmin) yang bertahap dua, yaitu menjadi D-B3 sebagai garis rattil satu persiapan iman, dan B3-B2, sebagai garis shalat satu pembinaan iman.

Sehingga sudut AB2C, yaitu penurunan dari AB1C menurut pola sudut iman yang sebenarnya.

Surat Muzzamil ayat 2-4 adalah waktu dan penggunaannya dalam garis rattil. Ayat 6 adalah alasan dan penjelasannya, mengapa harus memakai waktu malam.

Ayat 5 dan 6 menggambarkan tujuan yang mau dicapai oleh rattil yaitu persiapan shalat untuk mencapai B3.

Jikalau sudut D-B2 adalah sudut positif rattil maka ayat 7 “sabhan thawila”. ialah sudut D-C yaitu garis siang yang bersudut negatif.

Yaitu ayat 9 “rabbul masriqi wa rabbul maghribi...” dalam pasangan positif dengan ‘laaha illa huwa fattakhidzhu wakiila”.

Ayat 10 dan 11 adalah tuntutan ketabahan bagi yang rattil dalam pertautannya dengan D-C (garis siang) mengenai ocehan-ocehan mereka yang positif dengan dzulumat ms syayathin dan bersikap negatif terhadap dakwah al-Qur’an ms Rasul.

Sambil menyerahkan urusannya itu sepenuhnya menjadi urusan Allah, pencipta dan pembimbing Nur dan dzulumat, buat sementara.

Ayat 12-14 adalah pandangan dan penilaian al-Qur’an ms Rasul terhadap nasib dzulumat ms syayathin selanjutnya sebagai tantangan bagi sunnah Muhammad qurun I, yang akan berulang menjadi tantangan bagi sunnah Muhammad qurun Kedua kelak.

Ayat 15 dan 16 adalah percontohan sunnah Muhammad dan tantangannya, sebagai perulangan dari Taurat ms Musa yang ditantang oleh Fir’aun dan atas kekufurannya terhadap ajaran Allah ms Rasul akhirnya Fir’aun menjadi hancur musnah.

Ayat 17 memperingatkan yang rattil bahwa mencapai muttaqin yaitu mukmin itu adalah proses penjungkiran-balikan yang bersifat historis yaitu ayat 18, seperti penjungkir-balikan semesta angkasa kehidupan ini kelak, pada sa’ah kubra, dalam rangka pembangunan “yaumil akhir”.

Akhirnya ayat 19 mencamkan para pelaku rattil bahwa al-Quran ms Rasul ini adalah pembina kehidupan sadar secara ilmiah. Maka, siapa yang mau, dipersilahkan menata kehidupan menurut ajaran pembimbingnya.

Adapun Surat Muzzamil ayat 20 adalah untuk meningkatkan hasil rattil dengan melakukan shalat untuk mencapai iman demikian :
Inna rabbaka ya’lamu annaka taquumu adnaa min tsulutsayil laili wa nishfahuu wa tsulutsahuu wa thaa-ifatum minal ladziina ma’aka wallahu yuqaddirul laila wan nahaara ‘alima al lan tuhshuuhu fataaba ‘alaikum faq ra-uu maa tayassara minal qur-aani ‘alima an sa yakuunu minkum mardhaa wa aakharuuna yadhribuuna fil ardhi yabtaghuuna min fadhlillaahi wa aakharuuna yuqaatiluuna fii sabiilillaahi faq ra-uu ma tayassara minghu wa aqiimush shalaata wa aatuz zakaata wa aqridhullaha qardhan hasanaw wa maa tuqaddimuu li anfusikum min khairin tajiduuhu ‘indallaahi huwa khairaw wa a’zhama ajraw was taghfirullaaha innallaaha ghafuurur rahiim. “Sebenarnya pembimbing kalianlah yang meng-ilmui-nya ( al-quran ms rasul-Nya) sehingga kalian menjadi tegak berdiri (dimalam hari melakukan shalat) hampir dua pertiga malam atau setengahnya atau sepertiganya malam atau setengahnya atau sepertiganya dan segolongan orang yang mengikuti kalian yaitu Allah, dengan al-Quran ms Rasul-Nya memberikan pasangan rancangan hidup, dzulumat msS dan Nur Rasul, bagaikan malam dan siang dalam satu peredaran. Dia telah mengilmui al-Quran ms Rasul-Nya, dengan harapan sangat agar kalian tidak menyeleweng dan atau melacurkannya. Akhirnya Dia, dengan Rattil satu persiapan iman dan shalat satu pembinaan iman, mengharap satu perubahan revolusioner atas hidup kalian. Maka pelajarilah dalam arti membentuk menjadi pandangan seberapa yang kalian sudah menguasai dari al-Quran ms Rasul ini. Dia mengilmui al-Quran ms Rasul-Nya dengan harapan, melalui rattil satu persiapan iman dan shalat satu pembinaan iman, dapat membikin sebagian kalian menjadi orang yang maunya padu dengan maunya Allah dengan al-Quran ms Rasul-Nya. Dan sebagian lagi menjadi yang bergerak dibidang penataan hidup dipermukaan bumi ini guna mencapai menurut nilai-nilai yang telah ditentukan oleh Allah ms Rasul-Nya. Dan yang terakhir menjadi yang bergerak dibidang pertahanan-keamanan untuk mempertahankan tatanan kehidupan dengan ajaran Allah ms Rasul-Nya. Akhirnya studilah dalam arti membentuk menjadi pandangan seberapa saja yang kalian sudah menguasainya. Dalam arti lakukanlah shalat satu pembinaan diri menjadi mukmin, selanjutnya lakukanlah zakat satu pembinaan perekonomian. Akhir sekali, lempangkanlah hidup kalian dengan ajaran Allah ms Rasul ini setahap demi setahap hingga mencapai kehidupan ihsan. Dan tidak adalah yang menjadi tujuan pribadi kalian kecuali satu model kehidupan indah yang kalian akan menemuinya menurut ajaran Allah. Dia, dengan al-Quran ms Rasul ini, adalah pembina kehidupan maha indah lagi pemberi imbalan kehidupan tiada tara. Dan akhir kalam, tuntutlah satu perubahan hidup revolusioner menurut ajaran Allah. Sesungguhnya Allah, dengan al-Quran ms Rasul-Nya, adalah pembina kehidupan maha revolusioner lagi pemberi kepastian hidup tiada tanding”.

Demikianlah prosedur dan titik tolak rattil persiapan iman dan shalat satu pembinaan iman.

Dengan lain perkataan, prosedur dan titik tolak rattil dan shalat ini dapat juga dikatakan disiplin rattil dan shalat yang harus mendapat perhatian serius kalau mau rattil dan shalat itu benar-benar mencapai tujuannya. Rattil dan shalat yang tidak berpedoman kepada surat Muzzamil ini adalah membuang-buang waktu malah merusak diri.

Akhirnya Surat Muzzamil sebagi prosedur dan titik tolak rattil dan shalat, kita ringkaskan dengan surat muddassir ayat 1-8, demikian :
1. Yaa ayyuhal muddatstsir
“Wahai yang kesasar dzulumat ms syayathin”
2. Qum fa andzir
“Bangkit, maka mawas dirilah!”
3. Wa rabbaka fa kabbir.
“Yaitu ajaran pembimbing kalian ms Rasul-Nya maka tancapkanlah!”.
4. Wa tsiyaabaka fa thahhir.
“Yakni diri pribadi kalian yang bertanggapan dzulumat ms syayathin, maka bersihkanlah!”.
5. War rujza fah jur
“Dan kekotoran hidup dzulumat ms syayathin, maka singkirkanlah!”
6. Wa laa tamnun tastaktsir
“Dan janganlah melamun hasil tanpa kerja keras!”.
7. Wa li rabbika fash bir
“Dan menurut ajaran pembimbing kalian ( al-Qur’an ms Rasul-Nya), maka teguh bertahanlah!”.
8. Fa idzaa nuqira fin naaquur.
“Hingga dengan bagaikan tarikan nafas yang akan menghembus dan membahanakan suara dalam terompet”.

Surat Muddatstsir ayat 8 mengungkapkan rattil dan shalat, Persiapan dan Pembinaan Iman, ialah penancapan ilmu atau al-Quran ms Rasul kedalam kesadaran hidup yaitu satu input ( satu pemasukan) hingga menjadi ‘agama biqalbi’ adalah bagaikan ‘tarikan nafas’ yang dimulai dari sudut D, hingga mencapai satu kulminasi (puncaknya) tertentu B2, ialah sudut iman sebenarnya, yang menghembuskan nafas ‘iqrarun bil lasaani’ dan ‘amalun bil arkani’ al-Quran ms Rasul, yaitu sudut AB2C dari AB1C menurut ABC.

Contoh sunnah Rasul SAW (Ahmad bin Abdullah) dulu, lama masa tempuh Garis Iman ini, Sami’na da Atha’na dilihat dari sudut sistematik Nuzul, dimulai dari masa surat al-‘alaq ayat 1-5 hingga dengan Mi’raj kira-kira tahun 520 M, ialah dari D – hingga B2, masa Shalat Pembinaan Iman, hingga B2, yakni hijrah, kira-kira tahun 623 M, menjadi 13 tahun.

Dan Garis Atha’na, yakni B2-C adalah melalui masa 10 tahun sampai dengan mencapai “al yauma ya-isal ladziina kafaruu diinikum fa laa takhsyauhum wakh syauni al yauma akmaltu lakum diinakum wa atmamtu ‘alaikum ni’matii wa radhiitu lakumul islaama diinan” ( QS. Al-Maidah ayat 3). Jadi masa tempuh Sami’na wa ‘atha’na menjadi 23 tahun.

Fungsi (kedudukan dan tugas) Sami’na B-D2, adalah penurunan dalam arti pemantapan AB1C menurut pola ABC menjadi AB2C.

Dari itu maka masa tempuh D-B2 adalah senilai dan seharga dengan B1-B2 dan B-B2. Jadi B2-C adalah juga turunan yang senilai dan seharga dengan B1-C menurut model B-C dari A-B1 menurut model A-B menjadi A-B2.

Dengan demikian maka terjemahan “hablun minallah” menjadi “tali perikatan dengan Allah yaitu ibadah dan “hablun minna nasi” menjadi “tali perikatan sesama manusia ialah muamalah adalah tidak relevan sehingga menjadi non ilmiah.

Dan oleh karena yang demikian adalah termasuk ensiklopedia pasti alam maka harus diterjemahkan menjadi segitiga sama sisi ABC dalam segitiga sama sisi AEF.

Diukur dengan ukuran kilometer (km), perhari = 40.000 km pada garis khatulistiwa, maka Garis Iman, Sami’na wa ‘atha’na, yang bernilai dan berharga 23 tahun menjadi : 23 x 354 (hari) x ( minimal 1/3 malam dari jam 19.00 – 04.00 = 3 jam/ 1/8 hari = 5000 km) = menjadi 40.071.000 km. Dari itu maka hasil studi al-Quran ms Rasul adalah hasil dari sistem pendidikan maha indah dibanding dengan sistem pendidikan lain-lainnya yang hanya mampu mencapai puncak Naturalisme dan Idealisme, yaitu Dzulumat ms syayathin.

Demikianlah Prosedur dan Titik Tolak Rattil atau Disiplin Rattil yang merupakan satu aspek yang paling penting dalam persoalan pokok-pokok mencapai iman atau strategi dan taktik iman. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar