1. Pengertian Rattil
Rattil adalah dalam rangka agar bisa syahadat yakni praktek yang membawa konsep hidup gambaran gerak (QS 12:4). Shalat Tahajjud
adalah menjawab surat cinta dari Allah, memadu kasih (QS 9:100),
artinya dengan shalat memadukan kita menyatakan mau hidup dengan isi
shalat, pasti Allah atas pilihan ILMU nya berkenan (QS 2:186). Maka DIA
memakai alatnya dimensi malaikat untuk meniupkan RUH ILMU (QS 97:1-5).
Sehingga isi shalat menjadi ruh motor penggerak elektrik bertenaga
luarbiasa untuk menggerakkan budaya pada siang hari nya dan kita bikin
ruangnya selama 24 jam dengan melanjutkan shalat 5 waktu sebagai penjagaannya (QS 17:78), yang ditindaklanjuti pelaksanaan bersama-sama korps untuk shalat Jumat
(QS 62:9-10). Maka mulailah dengan seiring terbitnya matahari (QS
10:5), aktifitas semesta alam angkasa dan bumi sibuk berbuat (QS 17:44),
begitu pula yang ada di antara kedua nya (budaya/system ekonomi zakat)
bergerak (QS 110:3)…dst..hingga shalat idul fitri, idul adha.
1) Rattil Satu Persiapan Iman.
Istilah Rattil, sama dengan ‘qira-ah”, ialah studi yang belajar yaitu membentuk pandangan menurut yang dibaca. Jadi “Rattil” atau “qira-atul qur’an” ialah studi yaitu belajar yakni membentuk pandangan dengan al-quran ms rasul. Dilakukan sendiri dengan tekun dan penuh konsentrasi.
Dalam
hubungan ini perlu diingatkan bahwa, pengajian-pengajian umum, sekolah,
ceramah-ceramah, seminar-seminar, direksi, kursus, dsb. Yaitu mimbar
dimana berkumpul sekelompok pendengar dan seorang
guru/penceramah/protokol yang menerangkan sesuatu belumlah bisa
dikatakan rattil atau qira-ah, yang demikian lebih tepat disebut Persiapan Rattil
oleh karena yang demikian ialah sekedar pembentukan dasar-dasar
pengertian dan kunci-kunci persoalan yang merupakan kesulitan-kesulitan
didalam rattil.
Dalam hubungan ini maka rattil ialah mengulang kembali sendirian dirumah untuk menguasainya. Kadangkala juga disebut mengulang.
Singkatnya rattil ialah pengembalian pandangan berikut kelincahan matan atau bacaannya kepada al-Quran ms Rasul.
Mattan
al-Quran ms Rasul sudah mencapai demikian mantap, oleh karena kesadaran
Iman itu turun naik (Hadits : al-Quran yaziid wa yanquush), maka rattil ini adalah mutlak untuk membentuk pandangan dengan al-Quran ms Rasul.
Dalam hubungan ini dapat dikatakan bahwa rattil al-Quran ms Rasul adalah permulaan taubat.
Bila
rattil sudah menghasilkan satu pandangan, sekurang-kurangnya surat
al-Fatihah sebagai satu pandangan umum, maka ditingkatkanlah ke shalat
satu pembinaan iman. Dari itu maka rattil dapat dikatakan persiapan Iman
atau persiapan shalat.
2) Shalat Satu Pembinaan Iman
Istilah
shalat ialah kaifiyat atau tehnik pembinaan diri menjadi mukmin
(Hadist, Ashshalaatu mi’rajul mu’miniin). Yaitu penanaman hasil rattil
yakni pandangan al-Qur’an ms Rasul menjadi sikap hidup yang menghunjam
dalam hati/qalbu. Dengan lain perkataan, shalat ialah memahkotakan hati dengan al-Qur’an ms Rasul.
Surat
an-Nisa ayat 102, menjelaskan : “Sehingga apabila kalian sudah
melakukan shalat maka hidup sadarlah kalian dengan ajaran Allah (
al-Qur’an ms Rasul ) baik dalam keadaan tegak berdiri maupun dalam
keadaan duduk bahkan dalam keadaan berbaring. Maka dikala sudah berada
dalam keadaan tenang maka lakukanlah shalat, sesungguhnya shalat ini
adalah satu pembukuan ( pembinaan ) diri menjadi mukmin dalam
waktu-waktu yang telah ditentukan “.
Hadist : Ashshalaatu mi’rajul mu’miniin
“Shalat adalah satu tehnik peningkatan ( pembinaan ) manusia menjadi mukmin”.
Surat Bani Israil 78-79 :
78.
“Lakukanlah shalat diwaktu tergelincir matahari ( shalat dhohor dan
ashar ) hingga waktu terbenam matahari ( shalat magrib dan isya ) dan
shalat shubuh. Sesungguhnya shalat shubuh itu adalah satu pembinaan
kekuatan ( iman ) tiada tara”.
79. “Dan disebagian waktu malam maka lakukanlah shalat tahajjud ( shalatul lail ) dengan mana sebagai satu penguat ( iman ) bagi kalian.
Semoga pembimbing kalian ( dengan shalat tahajud itu ) akan
membangkitkan kalian menjadi yang bermahkota al-Qur’an didalam dada”.
Secara Pembinaan PRIBADI adalah Rattil/Study dan Shalat Tahajjud
dan sebagai penjagaannya agar selalu ingat terhadap hasil rattil
tersebut kita melakukan shalat 5 waktu dan shalat” lainnya setiap hari.
Pembinaan KORPS bentuk Rattilnya adalah Khutbah Jumat dan kemudian disambung dengan Shalat Jum’at.
Pembinaan BANGSA bentuk Rattilnya adalah Khutbah Hari Raya dan kemudian disambung dengan Shalat Idul Fitri
Pembinaan ANTAR BANGSA bentuk Rattilnya adalah Khutbah Idul Adha dan kemudian disambung dengan Shalat Idul Adha.
Isi
materi yang sedang di rattil/di khutbahkan harus nyambung dgn ayat yg
dibaca dlm kaifiat shalat tahajjud/jum’at/idul fitri/idul adha. Tidak
sah shalat jumat tanpa ada khutbah jumat, dst…Tidak sah shalat kaifiat 5
waktu tanpa ada shalat tahajjud. Tidak sah shalat tahajjud jika tidak
ada rattil terlebih dahulu. Singkatnya shalat ialah kelanjutan yaitu
peningkatan rattil satu persiapan iman menjadi pembinaan iman. Shalat sangat tergantung kepada hasil rattil. Tanpa
hasil rattil, dari satu sudut, maka shalat menjadi tidak berfungsi
tidak akan menghasilkan apa-apa kecuali hanya satu demonstrasi kaifiat
belaka, seperti ditegas oleh surat al- Ma’un ayat 4-6 demikian :
4. Fa wailul lil mushalliin.
“Maka itulah dia hasil jahannam dari mereka yang shalat-shalatan”.
5. Alladziina hum ‘an shalaatihim saahuun.
“Yaitu mereka yang shalatnya tidak karuan”.
6. Aladziinahum yuraa-uun.
“Lahirnya shalat tetapi isinya dzulumat ms syayathin”.
Shalat tetapi menghasilkan azab system kehidupan Naar, QS 8 : 35, Shalat mereka di sekitar Baitullah itu, lain tidak hanyalah siulan dan tepukan tangan. Maka rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu.
Dari
itu, agar rattil berhasil hingga memenuhi syarat bagi shalat dalam
mencapai tujuannya, maka rattil ini harus memenuhi satu prosedur dan
titik tolaknya.
3) Prosedur dan titik tolak rattil
Dimaksud
dengan prosedur, dalam hal ini ialah rattil al-Qur’an ms Rasul, ialah
jalannya rattil menurut satu tata tertib dan satu titik tolak tertentu.
Dan istilah “titik tolak” ialah titik pijak dan makna rattil itu dimulai
dan kemana mau dituju serta apa yang mau dicapai.
Pedoman dari “prosedur dan titik tolak rattil” adalah al-Qur’an ms Rasul itu sendiri, yaitu pada surat Muzzammil ayat 1-19
Untuk
mendapatkan gambaran yang jelas dan terperinci tentang prosedur dan
titik tolak rattil ini kita harus mengingat kembali skets segitiga ABC, yang diperinci dengan AB1C dan AB2C dan AB2C, dalam segitiga sama sisi ABF yang diperinci menjadi BDE, BDC, dan CDF.
Keterangan Gambar SEGITIGA :
A = Allah, perancang dan pemastian kehidupan (qadiirun).
B = Kenyataan hidup nabi Muhammad Rasulullah, pola atau bentuk contoh kehidupan dari ajaran Allah (uswatun hasanah).
B1 = Al-Qur’an sebagai Imam
B2 = Kenyataan hidup mukmin yang obyektif dengan al-Quran ms Rasul yang oleh Nabi Muhammad dinyatakan “Sahabatku di Jannah”.
C = Kenyataan alam organis, biologis dan gaya yang tergantung kepada Allah.
ABC = (yang terperinci menjadi AB1C dan AB2C) = Nur ms Rasul yaitu pantulan terang dari Al-Qur’an ms Rasul (Nurun “Ala).
BE = Dzulumat dalam arti bayangan yaitu pantulan gelap yang bertolak belakang dengan pantulan terang dinamakan Nurin.
BDE = Sudut memandang dzulumat yang obyektif dari Allah ms Rasul-Nya.
BED = Sunnah Syaithan, laknatullah wal malaikat wan naasi ajma’in (Surat Baqarah ayat 161).
BDC
= Salah satu alternative, secara d’efect, menjadi aduk-adukan pandangan
Nur-dzulumat (ABC-BDE), dalam bentuk kadzdzaba menjadi model ketiga,
ialah idealisme.
CF = Dzulumat ialah bayangan yaitu pantulan gelap dari kenyataan alam.
CDF = Sudut memandang dzulumat secara obyektif Ilmiah dengan Al-Qur’an ms Rasul.
FDC = Salah satu alternative lain, secara reflex, dalam bentuk tawalla CDF menjadi semodel bathil.
ED dan FD
= Segala daya upaya aduk-adukan Nur-dzulumat dan atau penyalah gunaan
dzulumat menjadi semodel bathil (DC), dinamakan “khutuwatis syaithan =
strategi dan taktik pilihan dzulumat ms syayathin.
DC
= Hasil aduk-adukan Nur-dzulumat (ABC-BDE) menjadi BDC dan atau
penyalahgunaan dzulumat (CDF) menjadi FDC, keduanya menjadi semodel
bathil.
Untuk lebih mempertajam arti sudut BDE dan atau
CDF yang ditumpang tindih diatas BDC sehingga menjadi Bathil
(aduk-adukan Nur-dzulumat dan atau penyalah gunaan dzulumat ms
syayathin) ialah satu Qadar atau Taqdir Syar (rancangan dan kepastian
hidup jahat) atau “arbaaban min duunillaahi” maka kita petik Surat 15 al
- Hijir ayat 43 dan 44 demikian :
43. Wa inna jahaannama la mau'iduhum ajma'iin.
“Maka
sesungguhnya jahannam adalah benar-benar menjadi tempat kepastian
mereka yang berpandangan dan bersikap dzulumat as syayathin semuanya”.
Terjemahan DEPAG: Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar tempat yang telah diancamkan kepada mereka (pengikut-pengikut syaitan) semuanya.
44. Lahaa sab'atu abwaabil li kulli baabim minhum juz-um maqsuum.
Ujudnya
itu (jahannam) adalah sejenis bangunan bertingkat tujuh dimana
masing-masing tingkatannya itu adalah bagian golongan tertentu”.
Terjemahan DEPAG: Jahannam itu mempunyai tujuh pintu. Tiap-tiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan yang tertentu dari mereka.
Dan untuk mudahnya maka Qadar atau Taqdir Syar ini kita sket menjadi sebagai berikut :
Sket
Taqdir Syar / Sosial Piramidal Sistem kehidupan Naar, Neraka Jahannam,
saling gusur, saling todong, saling peras memeras, saling menghina dan
memiskinkan, kehidupan buah simalakama, dsb.
Maka sudut Muzzamil,
yaitu “dhallan fahada”, ialah sudut D-B2, yaitu sudut D yang mau
mencapai B2 ( sudut mukmin) yang bertahap dua, yaitu menjadi D-B3
sebagai garis rattil satu persiapan iman, dan B3-B2, sebagai garis
shalat satu pembinaan iman.
Sehingga sudut AB2C, yaitu penurunan dari AB1C menurut pola sudut iman yang sebenarnya.
Surat Muzzamil ayat 2-4 adalah waktu dan penggunaannya dalam garis rattil. Ayat 6 adalah alasan dan penjelasannya, mengapa harus memakai waktu malam.
Ayat 5 dan 6 menggambarkan tujuan yang mau dicapai oleh rattil yaitu persiapan shalat untuk mencapai B3.
Jikalau sudut D-B2 adalah sudut positif rattil maka ayat 7 “sabhan thawila”. ialah sudut D-C yaitu garis siang yang bersudut negatif.
Yaitu ayat 9 “rabbul masriqi wa rabbul maghribi...” dalam pasangan positif dengan ‘laaha illa huwa fattakhidzhu wakiila”.
Ayat 10 dan 11
adalah tuntutan ketabahan bagi yang rattil dalam pertautannya dengan
D-C (garis siang) mengenai ocehan-ocehan mereka yang positif dengan
dzulumat ms syayathin dan bersikap negatif terhadap dakwah al-Qur’an ms
Rasul.
Sambil menyerahkan urusannya itu sepenuhnya menjadi urusan Allah, pencipta dan pembimbing Nur dan dzulumat, buat sementara.
Ayat 12-14
adalah pandangan dan penilaian al-Qur’an ms Rasul terhadap nasib
dzulumat ms syayathin selanjutnya sebagai tantangan bagi sunnah Muhammad
qurun I, yang akan berulang menjadi tantangan bagi sunnah Muhammad
qurun Kedua kelak.
Ayat 15 dan 16 adalah
percontohan sunnah Muhammad dan tantangannya, sebagai perulangan dari
Taurat ms Musa yang ditantang oleh Fir’aun dan atas kekufurannya
terhadap ajaran Allah ms Rasul akhirnya Fir’aun menjadi hancur musnah.
Ayat 17
memperingatkan yang rattil bahwa mencapai muttaqin yaitu mukmin itu
adalah proses penjungkiran-balikan yang bersifat historis yaitu ayat 18,
seperti penjungkir-balikan semesta angkasa kehidupan ini kelak, pada
sa’ah kubra, dalam rangka pembangunan “yaumil akhir”.
Akhirnya ayat 19
mencamkan para pelaku rattil bahwa al-Quran ms Rasul ini adalah pembina
kehidupan sadar secara ilmiah. Maka, siapa yang mau, dipersilahkan
menata kehidupan menurut ajaran pembimbingnya.
Adapun Surat Muzzamil ayat 20 adalah untuk meningkatkan hasil rattil dengan melakukan shalat untuk mencapai iman demikian :
Inna
rabbaka ya’lamu annaka taquumu adnaa min tsulutsayil laili wa nishfahuu
wa tsulutsahuu wa thaa-ifatum minal ladziina ma’aka wallahu yuqaddirul
laila wan nahaara ‘alima al lan tuhshuuhu fataaba ‘alaikum faq ra-uu maa
tayassara minal qur-aani ‘alima an sa yakuunu minkum mardhaa wa
aakharuuna yadhribuuna fil ardhi yabtaghuuna min fadhlillaahi wa
aakharuuna yuqaatiluuna fii sabiilillaahi faq ra-uu ma tayassara minghu
wa aqiimush shalaata wa aatuz zakaata wa aqridhullaha qardhan hasanaw wa
maa tuqaddimuu li anfusikum min khairin tajiduuhu ‘indallaahi huwa
khairaw wa a’zhama ajraw was taghfirullaaha innallaaha ghafuurur rahiim.
“Sebenarnya pembimbing kalianlah yang meng-ilmui-nya ( al-quran ms
rasul-Nya) sehingga kalian menjadi tegak berdiri (dimalam hari melakukan
shalat) hampir dua pertiga malam atau setengahnya atau sepertiganya
malam atau setengahnya atau sepertiganya dan segolongan orang yang
mengikuti kalian yaitu Allah, dengan al-Quran ms Rasul-Nya memberikan
pasangan rancangan hidup, dzulumat msS dan Nur Rasul, bagaikan malam dan
siang dalam satu peredaran. Dia telah mengilmui al-Quran ms
Rasul-Nya, dengan harapan sangat agar kalian tidak menyeleweng dan atau
melacurkannya. Akhirnya Dia, dengan Rattil satu persiapan iman dan
shalat satu pembinaan iman, mengharap satu perubahan revolusioner atas
hidup kalian. Maka pelajarilah dalam arti membentuk menjadi pandangan
seberapa yang kalian sudah menguasai dari al-Quran ms Rasul ini. Dia
mengilmui al-Quran ms Rasul-Nya dengan harapan, melalui rattil satu
persiapan iman dan shalat satu pembinaan iman, dapat membikin sebagian
kalian menjadi orang yang maunya padu dengan maunya Allah dengan
al-Quran ms Rasul-Nya. Dan sebagian lagi menjadi yang bergerak dibidang
penataan hidup dipermukaan bumi ini guna mencapai menurut nilai-nilai
yang telah ditentukan oleh Allah ms Rasul-Nya. Dan yang terakhir menjadi
yang bergerak dibidang pertahanan-keamanan untuk mempertahankan tatanan
kehidupan dengan ajaran Allah ms Rasul-Nya. Akhirnya
studilah dalam arti membentuk menjadi pandangan seberapa saja yang
kalian sudah menguasainya. Dalam arti lakukanlah shalat satu pembinaan
diri menjadi mukmin, selanjutnya lakukanlah zakat satu pembinaan
perekonomian. Akhir sekali, lempangkanlah hidup kalian dengan ajaran
Allah ms Rasul ini setahap demi setahap hingga mencapai kehidupan ihsan.
Dan tidak adalah yang menjadi tujuan pribadi kalian kecuali satu model
kehidupan indah yang kalian akan menemuinya menurut ajaran Allah. Dia,
dengan al-Quran ms Rasul ini, adalah pembina kehidupan maha indah lagi
pemberi imbalan kehidupan tiada tara. Dan akhir kalam, tuntutlah satu
perubahan hidup revolusioner menurut ajaran Allah. Sesungguhnya Allah,
dengan al-Quran ms Rasul-Nya, adalah pembina kehidupan maha revolusioner
lagi pemberi kepastian hidup tiada tanding”.
Demikianlah prosedur dan titik tolak rattil persiapan iman dan shalat satu pembinaan iman.
Dengan lain perkataan, prosedur
dan titik tolak rattil dan shalat ini dapat juga dikatakan disiplin
rattil dan shalat yang harus mendapat perhatian serius kalau mau rattil
dan shalat itu benar-benar mencapai tujuannya. Rattil dan shalat yang tidak berpedoman kepada surat Muzzamil ini adalah membuang-buang waktu malah merusak diri.
Akhirnya Surat Muzzamil sebagi prosedur dan titik tolak rattil dan shalat, kita ringkaskan dengan surat muddassir ayat 1-8, demikian :
1. Yaa ayyuhal muddatstsir
“Wahai yang kesasar dzulumat ms syayathin”
2. Qum fa andzir
“Bangkit, maka mawas dirilah!”
3. Wa rabbaka fa kabbir.
“Yaitu ajaran pembimbing kalian ms Rasul-Nya maka tancapkanlah!”.
4. Wa tsiyaabaka fa thahhir.
“Yakni diri pribadi kalian yang bertanggapan dzulumat ms syayathin, maka bersihkanlah!”.
5. War rujza fah jur
“Dan kekotoran hidup dzulumat ms syayathin, maka singkirkanlah!”
6. Wa laa tamnun tastaktsir
“Dan janganlah melamun hasil tanpa kerja keras!”.
7. Wa li rabbika fash bir
“Dan menurut ajaran pembimbing kalian ( al-Qur’an ms Rasul-Nya), maka teguh bertahanlah!”.
8. Fa idzaa nuqira fin naaquur.
“Hingga dengan bagaikan tarikan nafas yang akan menghembus dan membahanakan suara dalam terompet”.
Surat
Muddatstsir ayat 8 mengungkapkan rattil dan shalat, Persiapan dan
Pembinaan Iman, ialah penancapan ilmu atau al-Quran ms Rasul kedalam
kesadaran hidup yaitu satu input ( satu pemasukan) hingga menjadi ‘agama
biqalbi’ adalah bagaikan ‘tarikan nafas’ yang dimulai dari sudut D,
hingga mencapai satu kulminasi (puncaknya) tertentu B2, ialah sudut iman
sebenarnya, yang menghembuskan nafas ‘iqrarun bil lasaani’ dan ‘amalun
bil arkani’ al-Quran ms Rasul, yaitu sudut AB2C dari AB1C menurut ABC.
Contoh sunnah Rasul SAW (Ahmad bin Abdullah) dulu,
lama masa tempuh Garis Iman ini, Sami’na da Atha’na dilihat dari sudut
sistematik Nuzul, dimulai dari masa surat al-‘alaq ayat 1-5 hingga
dengan Mi’raj kira-kira tahun 520 M, ialah dari D – hingga B2, masa
Shalat Pembinaan Iman, hingga B2, yakni hijrah, kira-kira tahun 623 M,
menjadi 13 tahun.
Dan Garis Atha’na, yakni B2-C adalah
melalui masa 10 tahun sampai dengan mencapai “al yauma ya-isal ladziina
kafaruu diinikum fa laa takhsyauhum wakh syauni al yauma akmaltu lakum
diinakum wa atmamtu ‘alaikum ni’matii wa radhiitu lakumul islaama
diinan” ( QS. Al-Maidah ayat 3). Jadi masa tempuh Sami’na wa ‘atha’na
menjadi 23 tahun.
Fungsi (kedudukan dan tugas) Sami’na B-D2, adalah penurunan dalam arti pemantapan AB1C menurut pola ABC menjadi AB2C.
Dari
itu maka masa tempuh D-B2 adalah senilai dan seharga dengan B1-B2 dan
B-B2. Jadi B2-C adalah juga turunan yang senilai dan seharga dengan B1-C
menurut model B-C dari A-B1 menurut model A-B menjadi A-B2.
Dengan
demikian maka terjemahan “hablun minallah” menjadi “tali perikatan
dengan Allah yaitu ibadah dan “hablun minna nasi” menjadi “tali
perikatan sesama manusia ialah muamalah adalah tidak relevan sehingga
menjadi non ilmiah.
Dan oleh karena yang demikian adalah
termasuk ensiklopedia pasti alam maka harus diterjemahkan menjadi
segitiga sama sisi ABC dalam segitiga sama sisi AEF.
Diukur
dengan ukuran kilometer (km), perhari = 40.000 km pada garis
khatulistiwa, maka Garis Iman, Sami’na wa ‘atha’na, yang bernilai dan
berharga 23 tahun menjadi : 23 x 354 (hari) x ( minimal 1/3 malam dari
jam 19.00 – 04.00 = 3 jam/ 1/8 hari = 5000 km) = menjadi 40.071.000 km.
Dari itu maka hasil studi al-Quran ms Rasul adalah hasil dari sistem
pendidikan maha indah dibanding dengan sistem pendidikan lain-lainnya
yang hanya mampu mencapai puncak Naturalisme dan Idealisme, yaitu
Dzulumat ms syayathin.
Demikianlah Prosedur dan Titik
Tolak Rattil atau Disiplin Rattil yang merupakan satu aspek yang paling
penting dalam persoalan pokok-pokok mencapai iman atau strategi dan
taktik iman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar